Minggu, 29 Agustus 2010

HUKUM NYANYIAN DAN MUSIK DALAM ISLAM

1. Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
“ ومن الناس من يشتري لهو الحديث ليضل عن سبيل ا لله بغير علم ويتخذها هزوا “
“Dan diantara manusia ada yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.” (lukman : 6)
Kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan LAHWAL HADITS ialah nyanyian. Hasan Al-Basri berkata bahwa ayat tersebut turun dalam menjelaskan soal nyanyian dan seruling.




2. Allah berfirman :
“ واستفزز من استطعت منهم بصوتك “
“Hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu.” (Al-Isra : 64)
Yang dimaksud dengan “shaut” ialah nyanyian dan seruling.




3. Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam bersabda :
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف. رواه البخاري
“Nanti pasti ada beberapa kelompok dari umatku yang menganggap bahwa zina, sutra, arak dan musik hukumnya halal, (padahal itu semua hukumnya haram).” (hadits shahih diriwayatkan Al-Bukhari dan Abu Daud).
Al-ma’azif adalah sesuatu yang besuara merdu seperti kecapi, seruling, genderang, terbang dan lain-lain. Lonceng pun termasuk ma’azif. Sabda Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam :
الجرس مزامير الشيطان. رواه مسلم
“Lonceng adalah seruling setan.” (riwayat Muslim).
Read more






Hadits ini menyatakan kemakruhannya disebabkan suaranya. Karena itu mereka menggantungkannya pada leher binatang dan juga karena suaranya serupa dengan lonceng (kelontong yang dipakai orang nasrani, sedangkan suara bel juga dapat mengantikan suara kelontong tersebut).
Diriwayatikan dari Imam syafi’i dalam kitab Al-Qadha’ bahwa nyanyian adalah sia-sia yang hukumnya dibenci (tidak diperbolehkan) karena menyerupai barang bathil, siapa yang memperbanyaknya adalah jahil tidak di terima persaksiannya.


BAHAYA NYANYIAN DAN MUSIK


Islam tidak melarang sesuatu kecuali jika ada bahayanya. Dalam nyanyian dan musik terdapat bahaya seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah sebagai berikut :
1. Musik bagi jiwa seperti arak, bahkan bisa menimbulkan bahaya yang lebih hebat daripada arak itu sendiri. Apabila seseorang mabuk akibat suara maka ia ditimpa panyakit syirik, karena sudah condong kepada hal-hal yang keji dan penganiayaan. Kemudian menjadi musyriklah dia lalu membunuh orang yang diharamkan Allah dan berbuat zina. Ketiga perbuatan itu sering terjadi pada para pendengar musik, nyanyian dan sejenisnya.
2. Adapun syirik sering terjadi, misalnya karena cinta kepada penyanyinya melebihi cinta kepada Allah.
3. Adapun hal-hal yang keji terjadi karena nyanyian bisa menjadi penyebab perbuatan zina, bahkan merupakan penyebab terbesar untuk menjerumuskan orang ke jurang kekejian. Orang laki-laki maupun perempuan, para remaja yang semula sangat patuh kepada agama, setelah mereka mendengar nyanyian dan musik, rusaklah jiwa mereka serta mudah melakukan perbuatan keji.
4. peristiwa pembunuhan juga sering terjadi karena pertunjukan musik. ini disebabkan Karena ada kekuatan yang mendorong berbuat begitu, sebab mereka datang ke tempat itu bersama setan. Setanlah yang lebih kuat yang akhirnya bisa membunuh orang.
5. Mendengarkan nyanyian dan musik tidak ada manfaatnya untuk jiwa dan tidak mendatangkan kemaslahatan. Bahkan kerusakannya lebih besar daripada manfaatnya. Nyanyian dan musik terhadap jiwa seperti arak terhadap badan yang dapat membuat orang mabuk. ...
قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليشربن ناس من أمتي الخمر يسمونها بغير اسمها يعزف على رءوسهم بالمعازف والمغنيات يخسف الله بهم الأرض ويجعل منهم القردة والخنازير
bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Pasti akan ada sekelompok manusia dari umatku yang meminum khamr dan menamainya dengan nama lain. Mereka senang memainkan alat-alat musik (ma’aazif) dan biduanita. Lalu Allah akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan menjadikan sebagian mereka kera dan babi” [HR. Abu Dawud no. 3688
عن عمران بن حصين أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال في هذه الأمة خسف ومسخ وقذف فقال رجل من المسلمين يا رسول الله ومتى ذاك قال إذا ظهرت القينات والمعازف وشربت الخمور
Dari ‘Imraan bin Hushain : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan ada di kalangan umatku ini nanti bumi yang ditenggelamkan, hujan batu, dan kutukan hingga diubah menjadi makhluk lain”. Maka berkata seorang laki-laki di antara kaum muslimin (yaitu dari kalangan shahabat Nabi) : “Wahai Rasulullah, bagaimanakah hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab : “Ya, jika telah bermunculan para penyanyi perempuan (biduanita), alat-alat musik, dan khamr telah diminum” [HR. Tirmidzi no. 2212
عن أبي مالك الأشعري قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليشربن ناس من أمتي الخمر يسمونها بغير اسمها يعزف على رءوسهم بالمعازف والمغنيات يخسف الله بهم الأرض ويجعل منهم القردة والخنازير
Dari Abu Malik Al-Asy’ary ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam : ”Sungguh akan ada orang-orang dari umatku yang meminum khamr yang mana mereka menamakannya dengan selain namanya. Mereka dihibur dengan musik dan (alunan suara) biduanita, maka Allah akan membenamkan mereka ke dalam bumi dan Dia akan mengubah bentuk sebagian mereka menjadi kera dan babi” [HR. Ibnu Majah no. 4010. Diriwayatkan juga oleh Ahmad no. 22951, Ibnu Hibban dalam Mawaaridudh-Dham’an hal. 336 no. 1384, dan yang lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah, Misykaatul-Mashaabih, Ash-Shahiihah,


إن الله حرّم عليّ - أو حرم - الخمر ، والميسر ، والكوبة ، وكل مسكر حرام
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas diriku – atau telah mengharamkan – khamr, judi, al-kuubah (sejenis alat musik), dan setiap hal yang memabukkan adalah haram”.
عن نافع مولى بن عمر : أن بن عمر سمع صوت زمارة راع فوضع إصبعيه في أذنيه وعدل راحلته عن الطريق وهو يقول يا نافع أتسمع فأقول نعم فيمضي حتى قلت لا فوضع يديه وأعاد راحلته إلى الطريق وقال رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وسمع صوت زمارة راع فصنع مثل هذا
Dari Nafi’ maula Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma : Bahwasannya Ibnu ’Umar pernah mendengarkan suara seruling yang ditiup oleh seorang penggembala. Maka ia meletakkan kedua jarinya di kedua telinganya (untuk menyumbat/menutupinya) sambil membelokkan untanya dari jalan (menghindari suara tersebut). Ibnu ’Umar berkata : ”Wahai Nafi’, apakah kamu masih mendengarnya ?”. Maka aku berkata : ”Ya”. Maka ia terus berlalu hingga aku berkata : ”Aku tidak mendengarnya lagi”. Maka Ibnu ’Umar pun meletakkan tangannya (dari kedua telinganya) dan kembali ke jalan tersebut sambil berkata : ”Aku melihat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika mendengar suara seruling melakukannya demikian” [HR. Ahmad 2/8 no. 4535 dan 2/38 no. 4965.
دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وعندي جاريتان تغنيان بغناء بعاث فاضطجع على الفراش وحول وجهه ودخل أبو بكر فانتهرني وقال مزمارة الشيطان عند النبي صلى الله عليه وسلم فأقبل عليه رسول الله عليه السلام فقال دعهما فلما غفل غمزتهما فخرجتا وكان يوم عيد يلعب السودان بالدرق والحراب فإما سألت النبي صلى الله عليه وسلم وإما قال تشتهين تنظرين فقلت نعم فأقامني وراءه خدي على خده وهو يقول دونكم يا بني أرفدة حتى إذا مللت قال حسبك قلت نعم قال فاذهبي
"Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memasuki rumahku sedang aku bersama dua orang anak perempuan kecil yang sedang mendendangkan nyanyian Bu’ats. Lalu beliau berbaring dan mengarahkan wajahnya ke arah lain. Kemudian Abu Bakar masuk dan memukulku seraya berkata : “Ada seruling syaithan di dekat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam”. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menghadapkan wajahnya kepada Abu Bakar seraya bersabda : “Biarkan saja mereka berdua”. Ketika Abu Bakar lengah, aku mencubit kedua anak perempuan itu dan merekapun pergi keluar” [HR. Al-Bukhari no. 907 dan Muslim no. 892].




PERKATAAN ULAMA TENTANG HARAMNYA MUSIK .
Jumhur ulama mengharamkan nyanyian yang disertai alat musik. Hal itu telah menjadi kesepakatan imam empat.
1. ’Utsman bin ’Affan radliyallaahu ’anhu, ia berkata :
لَقَدِ اخْتَبَأْتُ عِنْدَ رَبِّي عَشْرًا ، إِنِّي لَرَابِعُ أَرْبَعَةٍ فِي الإِسْلامِ ، وَمَا تَعَنَّيْتُ وَلا تَمَنَّيْتُ
”Sungguh aku telah bersumbunyi dari Rab-ku selama sepuluh tahun. Dan aku adalah orang keempat dari empat orang yang pertama kali masuk Islam. Aku tidak pernah bernyanyi dan berangan-angan.....” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Mu’jamul-Kabiir no. 122 – Maktabah Sahab; hasan].
2. ‘Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
الغناء ينبت النفاق في القلب
“Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunyaa dalam Dzammul-Malaahi 4/2 serta Al-Baihaqi dari jalannya dalam Sunan-nya 10/223 dan Syu’abul-Iman 4/5098-5099; shahih. Lihat Tahrim Alaatith-Tharb hal. 98; Maktabah Sahab].
3. ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma. Ibnul-Jauzi meriwayatkan sebagai berikut :
ومر ابن عمر رضي الله عنه بقوم محرمين وفيهم رجل يتغنى قال ألا لا سمع الله لكم
”Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhu pernah melewati satu kaum yang sedang melakukan ihram dimana bersama mereka ada seorang laki-laki yang sedang bernyanyi. Maka Ibnu ’Umar berkata kepada mereka : ”Ketahuilah, semoga Allah tidak mendengar doa kalian” [Talbis Ibliis oleh Ibnul-Jauzi hal. 209 – Daarul-Fikr 1421].
4. ‘Abdullah bin ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata :
الدف حرام ، والمعازف حرام ، والكوبة حرام ، والمزمار حرام
”Duff itu haram, alat musik (ma’aazif) itu haram, al-kuubah itu haram, dan seruling itu haram” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi 10/222; shahih].
5. Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziz rahimahullah.
Al-Auza’i berkata :
كتب مع عمر بن عبد العزيز إلى ( عمر بن الوليد ) كتابا فيه "....و إظهارك المعازف والمزمار بدعة في الإسلام ، ولقد هممت أن أبعث إليك من يَجُزُّ جُمَّتك جمَّة سوء".
‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziz pernah menulis surat kepada ‘Umar bin Al-Waliid yang di diantaranya berisi : “….Perbuatanmu yang memperkenalkan alat musik merupakan satu kebid’ahan dalam Islam. Dan sungguh aku telah berniat untuk mengutus seseorang kepadamu untuk memotong rambut kepalamu dengan cara yang kasar” [Dikeluarkan oleh An-Nasa’i dalam Sunan-nya (2/178) dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (5/270) dengan sanad shahih. Disebutkan juga oleh Ibnu ‘Abdil-Hakam dalam Siratu ‘Umar (154-157) dengan panjang lebar. Juga oleh Abu Nu’aim (5/309) dari jalan yang lain dengan sangat ringkas].
6. Abu Hanifah rahimahullah.
Ibnul-Jauzi berkata :
أخبرنا هبة الله بن أحمد الحريري عن أبي الطيب الطبري قال كان أبو حنيفة يكره الغناء مع إباحته شرب النبيذ ويجعل سماع الغناء من الذنوب قال وكذلك مذهب سائر أهل الكوفة إبراهيم والشعبي وحماد وسفيان الثوري وغيرهم لا أختلاف بينهم في ذلك قال ولا يعرف بين أهل البصرة خلاف في كراهة ذلك والمنع منه
“Telah mengkhabarkan kepada kami Hibatullah bin Ahmad Al-Hariry, dari Abuth-Thayyib Ath-Thabary ia berkata : “Adalah Abu Hanifah membenci nyanyian dan memperbolehkan perasan buah. Beliau memasukkan mendengar lagu sebagai satu dosa. Dan begitulah madzhab seluruh penduduk Kufah seperti Ibrahim (An-Nakha’i), Asy-Sya’bi, Hammad, Sufyan Ats-Tsauri, dan yang lainnya. Tidak ada perbedaan di antara mereka mengenai hal itu. Dan tidak diketahui pula perbedaan pendapat akan hal yang sama di antara penduduk Bashrah dalam kebencian dan larangan mengenai hal tersebut” [1] [Talbis Ibliis oleh Ibnul-Jauzi hal. 205 – Daarul-Fikr 1421].
7. Malik bin Anas rahimahullah.
Telah diriwayatkan dengan sanad shahih dari Ishaaq bin ‘Isa Ath-Thabbaa’ (termasuk perawi Muslim) oleh Abu Bakar Al-Khallal dalam Al-Amru bil-Ma’ruf (halaman 32) dan Ibnul-Jauzi dalam Talbis Iblis (halaman 244), bahwa ia berkata :
سألت مالك بن أنس عما يترخص فيه أهل المدينة من الغناء ؟ فقال: " إنما يفعله عندنا الفسّاق
“Aku bertanya kepada Malik bin Anas tentang nyanyian yang diperbolehkan oleh Ahlul-Madinah ?”. Maka ia menjawab : “Bahwasannya hal bagi kami hanya dilakukan oleh orang-orang fasiq” [selesai perkataan Imam Malik]. [2]
8. Muhammad bin Idris (Asy-Syafi’i) rahimahullah berkata :
إن الغناء لهو مكروه يشبه الباطل والمحال ومن استكثر منه فهو سفيه ترد شهادته
“Sesungguhnya nyanyian itu perkataan sia-sia lagi makruh, sama halnya dengan kebathilan. Barangsiapa yang sering mendengarkan nyanyian, maka dia itu bodoh, tidak diterima persaksiannya” [Adabul-Qadla’ - melalui perantara Al-I’laam bi-Naqdi Kitaab Al-Halal wal-Haram oleh Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan – Maktabah Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, Free Program from Islamspirit].
Beliau juga pernah berkata :
تركت بالعراق شيئا يسمونه التغبير وضعته الزنادقة يصدون به الناس عن القرآن
“Aku meninggalkan Baghdad karena munculnya sesuatu di sana yang mereka namakan dengan At-Taghbiir yang telah dibuat oleh kaum Zanadiqah. Mereka memalingkan manusia dari Al-Qur’an” [Nuzhatul-Asmaa’ fii Mas-alatis-Simaa’ oleh Ibnu Rajab Al-Hanbaly, Daaruth-Thayyibah 1407].
Para ulama telah menjelaskan makna At-Taghbiir di sini dengan : ”Bait-bait syair yang mengajak bersikap zuhud terhadap dunia, dilantunkan oleh seorang penyanyi. Sebagian yang hadir kemudian memukulkan potongan ranting di atas hamparan tikar atau bantal, disesuaikan dengan jenis lagunya”. Jumhur fuqahaa telah melarang taghbiir ini.
9. Sa’id bin Al-Musayib rahimahullah mengatakan :
إني لأُبغض الغناء وأحب الرجز
“Sesungguhnya aku membenci nyanyian, dan lebih menyukai rajaz (semacam syi’ir)” [Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf (11/6/19743) dengan sanad shahih].
10. Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata : ”Aku pernah mendengar ayahku (Ahmad bin Hanbal) berkomentar tentang seorang laki-laki yang kebetulan melihat (beberapa alat musik seperti) thanbur (gitar/rebab), ’uud, thabl (gendang), atau yang serupa dengannya, maka apa yang harus ia lakukan dengannya ?. Beliau berkata :
اذا كان مغطى فلا وان كان مكشوفا كسره
”Apabila alat-alat tersebut tidak tampak, maka jangan (engkau rusak). Namun bila alat-alat tersebut nampak, maka hendaknya ia rusakkan” [Masaailul-Imam Ahmad bin Hanbal no. 1174].
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal pernah bertanya kepada ayahnya tentang nyanyian. Maka beliau menjawab :
يثبت النفاق في القلب........
”Menetapkan kemunafikan di dalam hati.......... [idem, no. 1175].
11. Syuraih Al-Qadli rahimahullah. Abu Hushain mengatakan :
أن رجلاً كسر طنبور رجل ، فخاصمه شريح ، فلم يضمّنه شيئاً
“Bahwasannya ada seorang laki-laki yang mematahkan thanbur (mandolin) milik seseorang. Maka hal itu diperkarakan kepada Syuraih (sebagai seorang Qadli pada waktu itu). Maka ia (Syuraih) memutuskan bahwa orang yang mematahkan thanbur tersebut tidak memberi jaminan ganti sedikitpun” [Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 7/312/3275 dengan sanad shahih. Diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqi 6/101 dan Al-Khallal halaman 26, dimana disebutkan bahwa sesuadah itu Abu Hushain berkata : Telah berkata Hanbal : Aku mendengar Abu ‘Abdillah (Imam Ahmad) berkata : “Hal tersebut adalah munkar, sehingga Syuraih tidak memberikan keputusan apa-apa (pada si pemilik thanbur)”.].
12. Asy-Sya’bi (‘Aamir bin Syaraahiil) rahimahullah. Diriwayatkan oleh Isma’il bin Abi Khaalid bahwa Asy-Sya’bi membenci upah penyanyi, dan ia (Asy-Sya’bi) berkata :
ما أحب أن آكله
“Aku tidak mau mmakannya” [Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (7/9/2203) dengan sanad shahih].
Beliau juga berkata :
إن الغناء ينبت النفاق في القلب ، كما ينبت الماء الزرع ، وإن الذكر ينبت الإيمان في القلب كما ينبت الماء الزرع
“Sesungguhnya nyanyian itu menumbuhkan emunafikan dalam hati, sebagaimana air menumbuhkan tanaman. Dan sesungguhnya dzikir itu menumbuhkan iman sebagaimana air menumbuhkan tanaman” [Dikeluarkan oleh Ibnun-Nashr dalam Qadrush-Shalah halaman 151/2 – 152/1 dengan sanad hasan dari riwayat Abdullah bin Dukain, dari Firaas bin Yahya (asalnya dari Ibnu Abdillah – dan hal itu keliru), dari Asy-Sya’bi].
13. Ibrahim bin Al-Mundzir rahimahullah – seorang tsiqah yang berasal dari Madinah dan termasuk guru dari Al-Imam Al-Bukhari – pernah ditanya : “Apakah engkau membolehkan nyanyian ?”. Maka beliau menjawab :
معاذ الله ، ما يفعل هذا عندنا إلا الفسّاق
“Ma’adzallah (aku berlindung kepada Allah), tidaklah ada yang melakukannya di sisi kami kecuali orang-orang fasiq” [Diriwayatkan oleh Al-Khallal dengan sanad shahih].
14. Abu ‘Umar bin Abdil-Barr (Ibnu Abdil-Barr) rahimahullah menjelaskan :
من المكاسب المجتمع على تحريمها الربا ومهور البغاء والسحت والرشاوي وأخذ الأجرة على النياحة والغناء وعلى الكهانة وادعاء الغيب وأخبار السماء وعلى الرمز واللعب والباطل كله
“Termasuk usaha-usaha yang haram ialah riba, hasil perzinahan, makanan haram, suap, upah ratapan, nyanyian, hasil perdukunan, peramal bintang, serta permainan bathil” [Al-Kaafi - Bab : Mukhtasharul-Qauli fil-Makaasib – Free Program from Maktabah Al-Misykah].
15. Ibnush-Shalaah rahimahullah berkata dalam Fataawaa-nya ketika ditanya tentang orang-orang yang menghalalkan nyanyian dengan rebana dan seruling, dengan tarian dan tepuk tangan, serta mereka menganggapnya sebagai perkara yang halal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah :
لقد كذبوا على الله سبحانه وتعالى ، وشايعوا بقولهم هذا باطنية الملحدين ، وخالفوا إجماع المسلمين ، ومن خالف إجماعهم ، فعليه ما في قوله تعالى: ( ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا
”Sungguh, mereka telah berdusta atas nama Allah subhaanahu wa ta’ala. Mereka mengiringi orang-orang bathiniyyah atheis dengan perkataan mereka. Mereka juga telah menyelisihi ijma’ kaum muslimin. Barangsiapa yang menyelisihi ijma’ mereka, maka baginya adalah seperti yang difirmankan oleh Allah ta’ala : ”Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An-Nisaa’ : 115) [Fataawaa Ibnish-Shalah hal. 300-301 – lihat At-Tahrim hal. 115; Maktabah Sahab].
16. Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
فمن فعل هـذه الملاهـي على وجه الديانة والتقرب فلا ريب في ضلالته وجهالته
“Barangsiapa yang memainkan alat-alat musik tersebut dalam keyakinannya menjalankan agama dan bertaqarrub kepada Allah, maka tidak diragukan lagi kesesatan dan kebodohannya” [Majmu’ Fatawa 11/162 – Maktabah Al-Misykah].
17. ‘Abdul-‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata :
إن الاستماع إلى الأغاني حرام ومنكر , ومن أسباب مرض القلوب وقسوتها وصدها عن ذكر الله وعن الصلاة . وقد فسر أكثر أهل العلم قوله تعالى : سورة لقمان الآية 6 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ الآية : بالغناء .
“Sesungguhnya mendengarkan nyanyian merupakan satu keharaman dan mekunkaran. Termasuk di antara sebab hati menjadi sakit dan keras. Mencegah dzikir kepada Allah dan menghalangi ditunaikannya shalat. Dan sungguh telah banyak ulama yang menafsirkan firman Allah dala QS. Luqman ayat 6 ”Dan diantara manusia ada yang membeli perkataan-perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah” [Al-Ayat]. Yaitu dengan nyanyian” [Majmu’ Fatawa wa Maqaalat Mutanawwi’ah oleh Asy-Syaikh Ibnu Baaz, 3/432 – Free Program from Islamspirit].
18. Bakr bin ’Abdillah Abu Zaid rahimahullah berkata :
والذي نقول هنا : إن الذكر، والدعاء بالغناء، والتلحين، والتطريب، وإنشاد الأشعار، والأت اللهو، والتصفيق، والتمايل، كل ذلك بدع شنيعة، وأعمال قبيحة، هي من أقبح أنواع الإبتداء في الذكر والدعاء، فواجب على كل فاعل لها، أو لشيء منها، الإقلاء عنه، وأن لا يجعل نفسه مطية لهواه وشيطانه، وواجب على من رأى شيئاًَ من ذلك إنكاره، وواجب على من بسط الله يده علي المسلمين، منعه، وتأدبوهّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّ فاعله، وردعه، وتبصير لدينه
Dan sesungguhnya kami mengatakan di sini : ”Sesungguhnya dzikir dan doa dengan nyanyian, dengan lirik yang disertai tabuhan alat musik, melantunkan syair, tepuk tangan; semua itu termasuk perbuatan bid’ah, sangat menjijikkan dan perbuatan yang buruk. Lebih buruk daripada pelanggaran dalam berdzikir dan berdoa. Siapapun yang melakukan hal itu atau sebagian di antaranya harus segera melepaskan diri darinya, tidak membuat dirinya tunduk kepada hawa nafsu dan bisikan syaithan. Siapapun yang melihat dari sebagian hal-hal itu harus mengingkarinya. Siapapun di antara kaum muslimin yang mempunyai kekuatan terhadap harus mencegahnya, mencela pelakunya, meluruskannya, dan menjelaskan kedudukan hal tersebut dalam kaca mata agamanya”
Kesimpulan :
1. Nyanyian dan musik adalah haram menurut pendapat yang rajih yang didasarkan oleh nash-nash yang shahih.
2. Nyanyian dan musik hanya diperbolehkan pada waktu pernikahan dan hari raya. Bisa juga dilakukan ketika seorang pemimpin atau orang besar datang, menurut salah satu pendapat. Hal itu merupakan satu rukhshah yang dipandang dalam syari’at Islam.
3. Alat yang diperbolehkan untuk dimainkan hanyalah rebana (duff) yang dibawakan oleh perempuan. Laki-laki diharamkan untuk memukul rebana. Tidak diriwayatkan satu pun shahabat dan tabi’in besar yang memukul rebana.

0 komentar:

Posting Komentar

ayo di comment donk ! :)